Musim kampanye Partai Politik dan Calon Legislatif menjelang dilangsungkannya Pemilihan Umum tanggal 9 April 2009 sudah mendekati akhir. Dan tinggal dalam hitungan hari masyarakat Indonesia harus menetapkan hati untuk menggadaikan masa depan diri dan bangsanya kepada Partai Politik dan wakil-wakilnya yang berada di lembaga legislatif. Sekadar melihat hari-hari selama masa kampanye, masyarakat adalah bagian penting bagi para caleg dan parpol. Bahkan untuk memperoleh perhatian dari masyarakat pula partai politik dan para caleg rela merendahkan dirinya dengan berbagai macam cara, dari yang paling cerdas sampai yang sangat bodoh, dan dari yang mengharukan sampai yang mengundang rasa iba. Kita bisa melihatnya dalam berbagai jenis poster, iklan politik dan tingkahnya dilapangan yang kadang bernuansa konyol. Itu semua tentu berujung pada harapan memperoleh simpati dari masyarakat yang pada akhirnya mau memilihnya. Dalam kampanye itu pula, parpol dan caleg sangat cekatan untuk mendekatkan diri dengan masyarakat, seolah merekalah yang paling peduli dengan masyarakat. Berbagai bantuan, bermacam buaian janji-janji dan menampakan diri paling jujur, paling peduli, paling bisa dipercaya dan paling mampu membawa kepentingan masyarakat menjadi strategi yang digunakan untuk mempengaruhi suara masyarakat. Singkatnya mereka ingin menunjukan bahwa mereka yang paling layak untuk dipilih sebagai anggota legislatif, wakil yang akan memberi jalan bagi kesejahteraan rakyat yang diwakili.
Seandainya keakraban antara rakyat dan wakilnya seperti saat kampanye maka tidak akan ada jarak yang memisahkan antara kepentingan rakyat dengan pengemban amanahnya. Seandainya janji-janji yang disampaikan semua caleg dan parpol seluruhnya dilaksanakan, maka sudah sejak dulu pula tidak ada masyarakat lagi yang tidak melek huruf atau anak yang rela bunuh diri akibat tidak bisa membayar uang sekolah karena pendidikan menjadi murah bahkan tidak berbiaya, tidak ada lagi anak-anak yang berkeliaran di jalanan untuk mengamen atau keluarga yang berhitung untuk makannya karena kemiskinan, atau tidak ada pemuda-pemuda yang menganggur karena terbatasnya peluang kerja. Dan seandainya juga perilaku caleg dan parpol adalah seperti yang disebutkan yang jujur, bersih dan anti korupsi maka tidak akan adalagi kebocoran keuangan negara atau penggembosan kekayaan negara untuk pribadi atau hanya untuk golongannya.
Dari semuanya di atas, sudah sepantasnya kita tidak bergantung lebih dengan apa yang akan kita pilih dalam pemilu nanti, meski juga kita tidak boleh pesimis dan menafikan kemungkinan yang ada, termasuk kemungkinan menuju lebih baik. Kampanye, pemilu dan wakil-wakil kita di legislatif memang telah berulang kali kita lakukan dan kita pilih, dan meskipun juga perbaikan dan kesejahteraan yang dijanjikan belum menampakan titik terangnya, tetapi kita sebagai warga negara tetap harus berikhtiar yang salah satunya melalui memilih parpol dan wakilnya di legislatif. Memang ketidakpercayaan dan apatisme yang selama ini menghinggapi kita terhadap parpol dan para anggota legislatif tidak mudah dilepaskan, tetapi dari sekian banyak parpol atau para caleg mungkin masih ada yang bisa diharapkan, meskipun sangat minimal dan seperti penuh perjudian. Terakhir mudah-mudahan perjudian kita di Pemilu nanti adalah perjudian yang memberikan keuntungan.
Tuesday, October 13, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment